26 Januari 2013

Fenomenologi adalah Ilmu Pengetahuan



Fenomenologi adalah ilmu (logos) pengetahuan tentang apa yang tampak (phainomenon). Fenomenologi bisa dikatakan sebagai ilmu yang mempelajari yang tampak atau apa yang menampakkan diri atau fenomenon. Edmun Husserl (1859-1938) adalah pendiri aliran fenomenologi, ia telah mempengaruhi pemikiran filsafat abad ke 20. Bagi Husserl fenomena ialah realitas sendiri yang tampak, tidak ada selubung atau tirai yang memisahkan subjek dengan realitas, realitas itu sendiri yang tampak bagi subjek. Dengan keterangan ini mulai tampaklah tendensi yang terdalam dari aliran fenomenologi yang sebenarnya merupakan jiwa dan cita-cita dari semua filsafat, yaitu mendapatkan pengertian yang benar, yang menangkap realitas itu sendiri. Dengan pandangan tentang fenomena ini Husserl mengadakan semacam revolusi dalam filsafat barat. Sejak Descartes, kesadaran selalu dimengerti sebagai kesadaran tertutup atau cogito tertutup, artinya kesadaran mengenal diri sendiri dan hanya melalui jalan itu mengenal realitas. Sebaliknya Husserl berpendapat bahwa kesadaran terarah pada realitas, “kesadaran bersifat intensional” sebetulnya sama artinya dengan mengatakan realitas menampakkan diri.

Objek fenomenologi adalah fakta atau gejala, atau keadaan, kejadian, atau benda, atau realitas yang sedang menggejala. Pendekatan secara fenomenologi boleh dikatakan menolak teori. Hal ini disebabkan karena pendekatan ini lebih menekankan rasionalisme dan realitas budaya yang ada dan bisa dikatakan sejalan dengan penelitian etnografi yang menitikberatkan pandangan warga setempat, dimana realitas dipandang lebih penting dan dominan dibanding teori-teori. Fenomenologi mencoba menepis semua asumsi yang mengkontaminasi pengalaman konkret manusia. Fenomenologi menekankan upaya menggapai “hal itu sendiri” lepas dari segala presuposisi dan karena itulah disebut sebagai cara berfilsafat yang radikal.

Secara umum dapat dikatakan bahwa fenomenologi adalah cara dan bentuk berpikir, atau apa yang disebut dengan “the styie of thingking”. Biasanya dikatakan bahwa dasar pikiran itu ialah intensionalisme. Menurut Edmund Husserl sebagai salah satu tokoh filsafat fenomenologi bahwa, intention, kesengajaan mengarahkan kesadaran dan reduksi. Dalam perkembangannya, fenomenologi memang ada beberapa macam, antara lain yaitu
(a) fenomenologi Edidetik dalam linguistik,
(b) fenomenologi Ingarden dalam sastra, artinya pengertian murni ditentukan melalui penentuan gejala utama, penandaan dan pemilahan, penyaringan untuk menentukan keberadaan, penggambaran gejala (refleksi),
(c) fenomenologi transcendental. Bagi fenomenologi transendental, keberadaan realitas sebagai “objek” secara tegas ditekankan. Kesadaran aktif dalam menangkap dan merekonstruksi kesadaran terhadap suatu gejala amat penting.
(d) fenomenologi eksistnsial. Bagi fenomenologi eksitensial, penentuan pengertian dari gejala budaya semata-mata tergantung individu. Refleksi individual menjadi “guru” bagi individu itu sendiri dalam rangka menemukan kebenaran.

Tidak ada komentar: