Relasi antara Jawa dengan Cina (Tiongkok) baik hubungan diplomatic antar kedua Negara atau kerajaan maupun kontak gadang sudahberlangsung sejak sebelum islam datang ke kawasan Cina. Hubungan ini berlanjut hingga Cina dikuasai Dinasti Ming (dalam buku Sejarah Dinasti Ming).
Menurut Ming Shi dan Ying-yai Sheng- Lan mengenai masyarakat Cina yag bermukim di Jawa yakni orang-orang dari Kanton, Zhangzhou (Chang-chou), Quanzhou (Chuan Chou) dan kawasan Cina Selatan lain yang telah meninggalkan Cina dan menetap di pelabuhan-pelabuhan pesisir sebelah timur terutama Tuban, Gresik dan Surabaya yangtelah mendiami pesisir utara Jawa Timur pada awal abad ke-15 dan telah memeluk agama islam. Hal ini juga disebutkan dalam buku Lo Hsiang Lin yang berjudul “Islam in Cnaton in the Sung Period” bahwa orang-orng Cina telah mengenal islam sejak masa-masa paling awal dari perkembnagan agama ini yakni pada abad ke-7. Ada juga beberepa teks local yang menyebut secara ekplisit keberadaan Muslim Cina pada awal perkembangan agama islam di Jawa seperti Babad Tanah Djawi, Serat Kandaning Ringgit Purwa, Carita (Sadjarah) Lasem, Babad Cirebon, Hikayat Hasanuddin dll.
Selain babad terdapat kesaksian laintenang eksistensi Cina islam yang berupa tradisi lisan yang berkembang di masyarakat Jawa. Cerita tutor di berbagai daerah daerah pesisir Jawa yang menyebutkan bahwa adanya tokoh-tokoh Cina islam yang berperan cukup besar dalam proses islamisasi seperti Cie Wie Gwan yang merupakan tangan kanan Sulan Hadlrin sekaligus peletak dasar tradisi seni ukir di Jepara yang popular dengan Sungging Badar Duwung karena keahliannya di bidang seni ukir. Ada juga peninggalan yang menandakan adanya eksistensi Cina Islam di Jawa dengan adanya pembuktian benda-benda kepurbakalaan Islam di Jawa yang bisa disebut sebagai Sino-Javanese Muslim Culture. Ada pula ekspedisi yang mempunyai misi yang termasuk didalamnya adalah islamisasi. Ekspedisi tersebut dilakukan oleh Cheng Ho pada masa kekuasaan Dinasti Ming.
Pada abad pertengahan antara abad ke-14 sampai 16 juga telah terjadi persilangan budaya dan persimpangan niaga antarnegara sebagai akibat dari kosmopolitanisme budaya Jawa yang member tempat kepada orang asing untuk turut berpartisipasi dalam menciptakan sebuah tatanan politik-sosial-budaya. Fenomena peleburan juga tampak pada apresiasi orang Jawa atas Agama Islam yaitu dengan terserap dalam kultur jawa dan langsung kehilangan unsure keontetikannya.
Sumber Buku Arus Cina-Islam-Jawa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar